Pernah nggak sih kamu datang ke sebuah seminar, rapat, atau acara kantor lalu pulang membawa goodie bag? Mungkin isinya tas kain, pulpen, atau mug. Awalnya senang, tapi seminggu kemudian… entah tas itu sudah tersimpan di lemari, pulpen hilang entah ke mana, atau mug jadi pajangan tanpa pernah dipakai.
Kalau dipikir-pikir, kenapa ya mayoritas souvenir kantor berakhir seperti itu?
Souvenir Bukan Sekadar Formalitas
Banyak perusahaan masih melihat souvenir sebagai kewajiban acara, bukan alat komunikasi. Hasilnya, souvenir yang dipilih sering:
-
Seragam, itu-itu saja dari tahun ke tahun.
-
Kurang relevan dengan kebutuhan penerima.
-
Murah secara harga, tapi mahal karena tidak memberi kesan apa-apa.
Padahal, souvenir adalah representasi brand. Kalau souvenirnya terasa “basi”, maka kesan yang tertinggal pun ikut hambar.
Souvenir yang Bermakna: Pengalaman Nyata
Coba bayangkan perasaan seorang karyawan yang menerima plakat penghargaan unik dengan desain namanya tercetak jelas. Atau mitra kerja yang diberi gift set elegan berisi barang-barang yang benar-benar berguna sehari-hari.
Pengalaman itu bukan sekadar hadiah, tapi juga pengakuan, perhatian, dan penghargaan. Souvenir yang bermakna akan selalu diingat, bahkan bertahun-tahun setelah acara selesai.
Apa yang Membuat Souvenir Tidak “Basi”?
Ada tiga hal sederhana yang bisa membuat souvenir lebih hidup:
-
Relevan – sesuai kebutuhan penerima. Tumbler untuk orang aktif, pouch untuk pekerja mobile, atau plakat untuk apresiasi resmi.
-
Personal – ada sentuhan identitas, entah itu nama, desain custom, atau simbol yang mewakili momen tertentu.
-
Berkualitas – bahan dan finishing yang bagus membuat penerima merasa dihargai.
Dengan tiga hal itu, souvenir berubah dari barang pasif menjadi alat engagement. Baca juga 10+ ide hadiah wisuda unik dan bermanfaat yang bikin terharu.
Bagaimana 1Souvenir Melihatnya
Sejak 2007, 1Souvenir hadir dengan satu prinsip: souvenir harus punya makna. Itu sebabnya setiap produk yang dibuat—plakat, piala, gift set, hingga miniatur—dirancang bukan sekadar barang, tapi juga cerita.
-
Plakat akrilik dengan QR Code, agar penghargaan bisa terhubung dengan pesan digital.
-
Miniatur bangunan untuk peresmian proyek, yang jadi simbol kebanggaan kolektif.
-
Gift set eksklusif yang fungsional, bukan sekadar pajangan.
Itu semua lahir dari pengalaman nyata bersama ribuan klien—perusahaan, instansi, universitas, hingga komunitas—yang sama-sama ingin souvenir mereka tidak sekadar singgah, tapi tinggal dalam ingatan.
Penutup
Jadi, kalau ada yang bertanya “kenapa 80% souvenir kantor terasa basi?” jawabannya sederhana: karena banyak souvenir dipilih hanya untuk mengisi acara, bukan untuk memberi makna. Tapi kabar baiknya, kita bisa mengubah itu. Souvenir bisa jadi lebih dari sekadar barang—ia bisa menjadi jembatan emosi, simbol penghargaan, dan penguat hubungan. Dan ketika souvenir memberi pengalaman seperti itu, barulah ia layak disebut souvenir yang hidup.
👉 Kalau menurutmu, souvenir paling berkesan yang pernah kamu terima itu apa?